"Mari Cerita Papua-Maluku (MACE) Defending Paradisea" (dok.zoom econusa)
BalitbangdaNews_Manokwari,-Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati di Tanah Papua. Salah satunya upaya perlindungan terhadap spesies Burung Cenderawasih atau yang dikenal sebagai Bird of Paradise. Dalam kampanye Defending Paradise oleh Yayasan EcoNusa dan The Cornell Lab of Ornithology menggambarkan betapa kayanya Tanah Papua dengan memiliki 39 spesies Bird of Paradise.
"Defending Paradise oleh Ed Scholes, Tim Laman dan Prof. Dr. Charlie D. Heatubun, S.Hut, M.Si, FLS. dimoderatori oleh Jeni Karay" (dok.zoom econusa)
Namun spesies ini mengalami ancaman kepunahan bukan hanya karena perburuan liar terhadap Burung Cenderawasih, namun juga karena aktivitas pembangunan yang tidak ramah lingkungan, sehingga mengakibatkan penyusutan 663.443 Hektar selama 20 tahun terakhir ini.
"Penjelasan memotret Burung Cenderawasih oleh Tim Laman/Cornell University secara daring" (dok.zoom econusa)
Dalam presentasi Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat Prof. Dr. Charlie, S.Hut di Webinar Mari Cerita (MACE) Papua dan Maluku seri ke-4, menyampaikan bahwa sudah saatnya untuk kerjasama antara pihak terkait terus ditingkatkan untuk mempertahankan warisan hayati maupun budaya di Tanah Papua.
"Pemaparan intensitas hidup Burung Cendrawasih di Tanah Papua oleh, Ed Scholes/Cornell University" (dok.zoom econusa)
Pemerintah Provinsi Papua Barat sudah memulai dengan menetapkan Perdasus Nomor 10 Tahun 2019 tentang Pembangunan Berkelanjutan dengan melindungi 70% kawasan tutupan hutan. Ini juga merupakan salah satu upaya melindungi Burung Cenderawasih dan habitatnya.”Ya kalau Hutan Rusak, Burung Cenderawasih juga pasti akan terancam punah, karena sumber makan maupun habitatnya ada di Hutan.
"Upaya Pelestarian yaitu menetapkan kawasan konservasi In-Situ oleh Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat, Prof. Dr. Charlie D. Heatubun, S.Hut, M.Si, FLS." (dok.zoom econusa)
Kalau mau melihat Burung Surga ini tetap ada dan eksis, yang kemudian dapat dinikmati oleh anak cucu kita, bukan nanti mereka hanya mendengar cerita atau melihat di gambar”, jelas Profesor Heatubun. Dalam acara webinar ini pun hadir sebagai narasumber Dr. Tim Laman dan Dr. Ed Scholes dari Cornell Lab of Ornithology.(ars/balitabngdamedia_pb)