"Suasana Diskusi yang dipimpin oleh Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat, Prof. Dr. Charlie D.Heatubun, S.Hut, M.Si bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua Barat" (dok.balitbangdamedia_pb)
BalitbangdaNews_Manokwari,- Interfaith Rainforest Initiative (IRI) atau Prakarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis Chapter Papua Barat direncanakan akan dilaunching pada 5 Juni 2021. Hal itu terungkap dalam pertemuan bersama Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Provinsi Papua Barat dengan sejumlah Pemuka Agama, yang berlangsung di Manokwari, Sabtu(15/5/2021).
Balitbangda Provinsi Papua Barat selaku Koordinator Mitra Pembangunan di Papua Barat dipercayakan untuk menjembatani pertemuan ini, sebagai langkah awal untuk merancang persiapan launching dan kegiatan lainnya yang akan dilakukan oleh IRI Pusat.
Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat, Prof. Dr. Charlie D.Heatubun,S.Hut, M.Si yang memimpin pertemuan itu memberikan gambaran secara umum tentang IRI dan posisi Balitbangda Papua Barat dalam forum itu, kemudian memberikan kesempatan kepada masing-masing perwakilan agama yang hadir untuk memberikan pandangannya.
"Kepala Balitbangda Papua Barat, Prof. Dr. Charlie D. Heatubun, S.Hut, M.Si., FLS (kanan) saat membuka forum pertemuan IRI" (dok.balitbangdamedia_pb)
Secara umum semua perwakilan agama memberikan respon yang positif terhadap keberadaan IRI, dan memberikan penekanan pada beberapa hal teknis yang harus menjadi perhatian bagi keberadaan IRI Chapter Papua Barat.
“ Kami sangat mendukung tentang pembentukan IRI di Papua Barat,” ucap Ketua Persatuan Gereja-Gereja Papua (PGGP) Pendeta Shirley F.A Parinussa/Siagian,S.Th. Karena ini merupakan wadah di mana seluruh tokoh lintas agama berkolaborasi menjaga bumi. Namun yang penting, seluruh pemimpin harus menjadi teladan, karena apa yang dikerjakan seorang pemimpin, akan dilihat oleh umatnya. Terutama sikap dan praktek dalam menjaga bumi dan melestarikan hutan.
"Ketua Persatuan Gereja-Gereja Papua (PGGP) Pendeta Shirley F.A Parinussa/Siagian,S.Th" (dok.balitbangdamedia_pb)
Dengan kehadiran IRI di Papua Barat, Pendeta Shirley berharap Papua Barat benar-benar menjadi Provinsi Konservasi yang rill di lapangan, dan semua pemuka agama harus bersinergi agar dapat menuntun semua umat untuk menjaga bumi sebagai tempat yang sekarang ditempati agar tetap damai untuk masa depan manusia.
“ Saya juga berharap IRI yang kita bicarakan ini tidak hanya formalitas. Kerjanya harus nyata di lapangan. Tentunya kita tidak ingin mengulang-ulang kesalahan yang sama seperti yang dilakukan organisasi bentukan lainnya, bahwa pembentukan organisasi dari Pusat sampai daerah hanya formalitas saja, dan tidak tahu apa yang akan dilakukan. IRI Papua Barat harus nyata di lapangan,” tandas Pendeta Shirley Parinusa/Siagiaan.
Kepala Balitbangda Provinsi Papua Barat, Prof. Dr. Charlie D.Heatubun,S.Hut, M.Si mengakui respon positif dari para pemuka agama yang hadir dalam pertemuan itu, karena memang soal alam dan lingkungan ini, masing-masing agama sudah punya pengajarannya. Karena itu adalah ciptaan Tuhan yang harus dijaga oleh manusia untuk kemaslahatan umat manusia.
“ Karena kita masih hidup di planet yang sama. Jadi apapun yang kita lakukan di sini, akan berdampak pada orang lain di belahan bumi yang lain,” tandas Prof. Heatubun.
Prof. Charlie Heatubun menjelaskan, keberadaan IRI merupakan satu upaya bersama untuk menyatukan semua yang sudah dilakukan di masing-masing agama. Namun apabila itu dilakukan secara parsial oleh masing-masing agama, rasanya masih kurang berdampak. Jadi perlu disinkronkan juga dengan upaya-upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah dan juga oleh masyarakat adat, sehingga diharapkan dapat memberikan dampak yang luas.
Pertemuan ini, lanjut Prof. Charlie Heatubun merupakan langkah awal untuk koordinasi mempersiapkan pembentukan IRI Papua Barat Tanggal 5 Juni. “Dari IRI Nasional akan hadir, memberikan pembekalan tapi juga ada perencanaan, peluncuran dan pembekalan yang dilakukan oleh IRI Pusat dan para mitra,” jelasnya.
"Kepala Balitbangda Papua Barat (tengah), Staf dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua Barat" (dok.balitbangdamedia_pb)
Menanggapi kekuatiran sebagai organisasi hanya nama tanpa aksi seperti organisasi lainnya, Prof. Charlie Heatubun berharap IRI Papua Barat tidak akan seperti itu.” Kita tidak akan berbicara secara formalitas tapi yang kita butuhkan adalah aksi nyata ke tengah umat dan juga harus ada langkah-langkah yang konkrit. Biaya, waktu dan ketrampilan ini yang harus dikordinasikan bersama,” tandas Prof. Charlie Heatubun.
Diketahui, pemuka agama yang turut hadir dalam pertemuan bersama Balitbangda Papua Barat adalah Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua Barat, Pdt. Sadrak Simbiak, Ketua Persatuan Gereja Gereja Papua (PGGP) Papua Barat, Pdt. Shirley F.A Parinussa/Siagian,S.Th, Mewakili Uskup Papua Barat, Antonius Malir,S.Ag, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Papua Barat, H. Ahmad Nasrau, mewakili pengurus Muhammadiyah Papua Barat, A. Ambole,S.Pd, Ketua Parishada Hindu Dharma Indonesia Papua Barat, IBP. Chandi, dan mewakili Pimpinan Pusat Persatuan Umat Buddha Indonesia Papua Barat, Sanny Sutanto. (ab/balitbangdamedia_pb)